Kupingku mulai terusik dengan pemberitaan HIV AIDS yang mulai menjamur. Tentang jumlah penderitanya yang meningkat juga penyebarannya yang makin kompleks. Tiba-tiba aku jadi teringat kisah tentang seorang teman lama, teman baikku.
Sebut saja dia De. Kami berteman sejak aku masih kecil. Beda usia kamipun cukup jauh, tapi inilah kuasa Tuhan untuk menyambungkan silaturahmi antara kami. Pada awalnya De berdomisili di Jakarta, namun karena tingkahnya mulai acak-acakan dianmulai dikirim ke Jawa oleh orang tuanya setelah dia lulus SMP. Dia dirawat oleh salah satu familinya yang memang sangat dekat dengan keluargaku. Kami semua (aku dan keluargaku), dan orang terdekatnya tahu bahwa De adalah seorang pemabuk dan pecandu. Entah apa alasannya dia bisa menjadi seperti itu. Mulai masuk universitas dan tinggal di Jogja, De makin ga jelas, tapi dia masih baik kepada kami semua. Karena senakal apapun dia, dia selalu menjadi pribadi yang ramah dan rendah hati bagi kami. Status De sebagai mahasiswa tidak membuat familinya yang di Jawa melepaskan pengawasannya begitu saja. De masih diberi kasih sayang yang besar oleh sanak saudaranya yang di Jawa. Orang tuanya di Jakarta bahkan terlihat sedikit mengignore keberadaannya sehingga praktis famili-nya itulah yang menjadi wali De disini.
De tak sempat menyelesaikan kuliahnya yang dijogja akibat kenakalannya. Dia masih menjadi pemabuk dan pecandu. Pada akhirnya dia ditarik kembali ke Jakarta oleh bapak ibunya. Lama tak mendengar kabarnya De tiba-tiba muncul di pernikahan salah seorang familynya di Solo, kami bertemu dan saling bertukar banyak cerita. Dia bercerita mengenai dirinya yang berhenti jadi pecandu, bisnis PS-nya dan segala macam kehidupannya yang lima tahun belakangan tidak kuketahui. Perubahan fisik De begitu jelas kelihatan, dia semakin kurus dan hitam, mukanya agak sedikit kotor tapi mungkin itu lumrah bagi mantan pecandu, pikirku. Hingga akhirnya kami berpisah kembali saat selesai acara itu. Satu setengah tahun kemudian aku mendapat kabar yang mengejutkan. De meninggal. Tidak ada yang tahu apa sebabnya hingga adik dan ibunya bercerita kepada salah satu family-ku bahwa De positif kena HIV AIDS. Adiknya mengatakan bahwa tahun-tahun awal kembalinya De ke Jakarta sebenarnya dia masih pake narkoba hingga pada akhirnya dia stop sendiri. Kekebalannya mulai menurun hingga akhirnya sebulan sebelum meninggal De menderita diare dan batuk berkepanjangan. De tidak pernah mau diperiksakan selama sakit, kemungkinan dia sudah merasa dia terjangkit virus mematikan itu. Mudahlah ditebak apa penyebabnya, BERGANTIAN JARUM SUNTIK saat memakai narkoba.
Melalui cerita ini aku menghimbau pembaca semua supaya mewaspadai ancaman virus ini. Jauhi narkoba, freesex dan sebagainya karena hal ini merupakan media penularan yang ampuh. Waspadai tranfusi darah karena tidak ada yang menjamin pendonor yang akan memberikan darahnya itu bebas dari virus ini. Gunakan barang secara pribadi karena jika kulit penderita luka dan dia meminjam barang pribadi seperti sisir, sandal, sendok dll sehingga darahnya menempel pada barang tersebut, maka ada kemungkinan anda tertular jika tubuh anda ada yang terluka dan darah penderita yang tertempel itu masuk ke tubuh anda. Terakhir, SAYANGI DIRI ANDA dan jaga orang disekitar anda!
love,
anindita novian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar